November 22, 2008

Yang Menonton dan Yang Ditonton Dalam Lukisan Arifien Nief, bagian pertama

Namanya Arifien Nief. Saya kira dia orang seberang. Malaysia, mungkin. Ternyata asalnya adalah Surabaya. Lalu saya cari rumahnya. Ciganjur. Jalan Manggis nomor 60, begitu beritanya. Nomor 60 ternyata rumah sangat mewah, tampak menonjol di jalan Manggis itu. Dengan model kayu-kayu seperti sanggar, banyak pohon dan luas halamannya, ia tinggal bersama keluarganya. "Anak saya ada lima," katanya.

Laki-laki berkacamata itu naik ke studionya. Ternyata dia tidak punya koleksi lukisannya sendiri. Dia tidak punya koleksi pribadi. Kemana lukisan2nya? Dijual? Laku? Entah. Mungkin di tangan kolektor yang cinta dengan gaya dan temanya. "Saya pernah membeli satu lukisan saya dari seorang kolektor. Lukisan itu dulu saya kasih cuma-cuma ke dia. Lalu saya beli dengan harga yang cukup mahal."

Nief, nama yang tertera di ujung kanvasnya, adalah anak sulung dari sebelas bersaudara. Ia lahir di Surabaya, 31 Maret 1955. Ayahnya bernama Soepakat dan ibunya bernama Rukayah. Pergaulannya dengan beberapa arsitek membuatnya memiliki profesi sebagai asisten di kantor desain interior, desainer grafis di perusahaan periklanan, juga mengerjakan film-film animasi.

"Sejak dulu saya tertarik dengan tema-tema psikiatri, penyimpangan-penyimpangan perilaku," katanya mengawali cerita tentang karya-karyanya. "Saya pernah mengadakan observasi di RS Sumber Waras, menemukan sebab mengapa mereka begitu." Bermula dari ketertarikannya pada perilaku menyimpang, ia merambah ke pengamatan terhadap rasa-rasa yang menyertai perilaku seseorang. "Mencari nilai dari suatu perasaan," begitu katanya. Begini ilustrasinya: ada dua orang anak yang sama-sama naik bis tidak beli tiket, alias tidak bayar. Anak yang satu merasa berdosa, sementara yang lain merasa bangga. Dua model perasaan itulah yang dikatakan "nilai dari perasaan-perasaan." Demikian pula dengan perasaan-perasaan berdosa, bersalah, senang dan depresi.

Hakikat Rohani (1978) menceritakan kaitan antara dosa dan perbuatan. "Ini saya buat untuk teman saya yang naik haji. Ia banyak dosa, karena itu saya berharap dia bisa berubah setelah pulang dari sana." Ternyata Aji, temannya yang pulang dari naik haji itu, tidak juga berubah. Lukisan bergambar timbangan, satu sisi isinya bunga-bunga melambangkan kebaikan, sisi satunya kepala tengkorak, melambangkan perilaku jahat, dosa. Kemudian sang Nabi memegang kunci Surga, sementara di kanan bawah ada gambar Ka'bah.

Aji dianggap berdosa karena dia homoseksual. Arifien ingin memberi peringatan, namun gagal. Oh My God! (1979) terinspirasi juga oleh sosok Aji. Judul ini diambil dari teriakan kecil Aji, tetangga Arifien, saat bersama temannya yang juga laki-laki. Namun, dalam lukisan itu, Arifien seakan 'meralat' sosoknya. Gambar yang hadir di sana adalah perempuan yang sedang membuka kainnya, menampakkan seluruh bagian depan tubuhnya. Di kaki sebelah kanannya, nampak sosok laki-laki, lebih kecil ukurannya, sedang berusaha merengkuh kaki perempuan itu. "Kalau saya kan, terangsang kalau lihat perempuan, jadi saya bilang Oh My God ketika melihat tubuh perempuan. Nah ini saya (menunjuk pada sosok laki-laki sebelah kanan bawah itu)."

Tema-tema sederhana yang muncul dalam lukisannya, selain terinspirasi dari pengalaman dirinya dan teman-temannya, juga lagu-lagu. Ia suka mendengarkan lagu, mengamati syair lagu itu. Lagu baginya seperti semacam terapi psikologis. Dalam lagu, sering ia temukan lirik yang maknanya jujur, sedikit seronok dan bernuansa erotis. Ini seakan menjawab seluruh rasa yang ia punya.

Mengenai tema dalam lukisannya, selain ceritera sederhana, keseharian, tak lepas dari kasus-kasus dalam dunia psikiatri, misalnya ... kemudian di periode kedua, spiritualitas, ... dan pengolahan yang sekarang, cinta. Yang terakhir ini oleh Nief, dibedakan dengan kasih sayang. Beberapa contohnya ...


Pameran tunggal terakhir Nief di Singapura. Pameran ini terlaksana berkat kerjasamanya dengan Zola Zolu Gallery, lima tahun terakhir ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar