Desember 16, 2008

Rasan-Rasan, Komik Surya Wirawan

Seorang tukang becak duduk di sebuah warung. Matanya menerawang, tangan dan kakinya dilipat, dinaikkan di atas kursi panjang. Di sebelahnya, becak bertuliskan "Sumber Urip" diparkir di bawah hujan. Selain beberapa makanan ringan, di meja tersaji dua gelas minuman, yang satunya masih utuh, ditutup, satunya sudah diminum, milik orang lain yang singgah di warung itu. Judulnya Sejak Pagi Hujan Tak Reda. Inilah salah satu karya Suryawirawan. Ciri khas masyarakat dan suasana kesehariannya sangat kental. Si bapak dalam karya itu nampak melamun, mungkin resah, menanti hujan yang tak kunjung reda, sementara ia harus bekerja mengayuh becaknya.

Karya lain, Rambu Terakhir (2004), menyuguhkan satu ungkapan masyarakat khas Jawa, khususnya Yogya. "Ngebut, sikat ndase" (ngebut, pukul kepalanya), adalah kata-kata yang biasa terlihat di jalan-jalan kampung, gang-gang kecil, dan pemukiman padat. Suryawirawan seperti memotret keseharian, baik situasi lingkungannya maupun aktivitas orang-orangnya.

Dalam pameran tunggalnya di Kedai Kebun Forum, 5 Desember sampai dengan 31 Desember 2008, ia menampilkan karya-karya yang dikerjakan mulai 2000 sampai yang terbaru. Karya-karyanya banyak dipengaruhi oleh Taring Padi, sebuah lembaga kerakyatan yang ikut dirintisnya sejak 1999. Dengan teknik etsa, cukil kayu, linocut, drawing, dan cat air, Suryawirawan alias Yoyok menyajikan protes sosialnya. ...

Melalui seri komiknya dengan tokoh utama Petruk dan Gareng, ia menceritakan apa-apa yang dialami masyarakat Yogyakarta. Lihat misalnya dalam komik kategori "rasan-rasan" seperti Sumur Butuh Banyu. Dalam Sumur Butuh Banyu, fenomen 'sogokan' dalam penerimaan pegawai negeri itu diceritakan dengan idiom khas. Petruk yang sudah lulus seleksi pegawai negeri tetap tidak bisa bekerja. Ini menimbulkan pertanyaan Gareng. "Kurang ngene iki: wong arep golek sumur kok dikon nggowo banyu ..." jawab Petruk menanggapi pertanyaan Gareng. Dari sana Gareng bisa memahami, "Ooo ... kurang sogokan." Contoh lain bisa dilihat dalam Lampu. Gareng dan Petruk naik motor, berhenti tepat ketika lampu baru menyala merah. Dari belakang motor mereka ditabrak orang. "Asem ki, wis mandek isih ditabrak," demikian maki Petruk yang sudah menaati lampu lalu lintas, tapi ditabrak dari belakang oleh orang yang terbiasa untuk ngebut sesaat setelah lampu berganti merah.

Anti Suap ...

Istilah-istilah semacam "Asem ki," "sikat ndase,"dipisui polisi, ban digembos," "... kental menunjukkan identitas kedaerahan.

Karya-karya seri komik Yoyok lebih kuat karakternya daripada karya-karya poster Taring Padi-nya. Melalui seri komik Rasan-Rasan, Yoyok memiliki cara khas dalam menyampaikan pesan, protes dan pernyataan sikapnya. Ia memperingatkan orang akan penindasan, korupsi dan menyatakan sikap penolakannya terhadap perdagagan senjata, dan sebagainya tidak lagi melalui karya bergaya poster Taring Padi, melainkan dalam bentuk yang beda: komik Petruk -Gareng. Pernyataan-pernyataan sikap melalui komik Petruk-Gareng lebih memiliki daya tarik bagi masyarakat.

Dalam hal ini, kekuatan Yoyok, selain berkaitan dengan teknik, garis, bentuk, detil, suasana (konteks) latar belakang, ... juga narasi sosial, cara bercerita yang memberikan suasana intim bagi pembaca, terutama pembaca yang akrab dengan budaya Jawa Tengah. Istilah-istilah yang digunakan, bentuk rumah, kendaraan, gaya hidup, dan sebagainya menghadirkan dengan jelas jenis-jenis persoalan yang dialami masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar